Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ingin Tahu Bagaimana Cara Mengatasi Konflik? Ini Jawabannya!

Cara Mengatasi Konflik
credit:instagram@muha_azz

Sebagai insan yang berbudaya, sudah sewajarnya setiap manusia ingin mengetahui teknik dan cara mengatasi konflik dengan teman atau saudaranya. Tapi yang tidak kalah penting, kita harus bisa mengetahui pula faktor apa saja yang bisa menyebabkan terjadinya konflik. 

Jadi konflik yang mungkin akan timbul dapat dihindari atau paling tidak diminimalkan tingkatannya agar tidak melahirkan sengketa, permusuhan dan sebagainya.

Penyebab Konflik

Salah satu faktor yang paling sering menimbulkan konflik adalah adanya perbedaan perasaan atau pendirian dari masing-masing individu dan kelompok. Manusia merupakan makluk yang individunya paling unik. Maksudnya, masing-masing orang selalu memiliki perasaan maupun pendirian yang tidak sama dengan orang lain.

Perbedaan inilah yang sering memunculkan konflik di lingkungan pergaulan dan masyarakat. Karena pendirian satu orang tidak selalu bisa sejalan dengan orang lain atau dalam kelompok. Contoh lain, saat berlangsung sebuah kegiatan di suatu kampung, ada yang merasa senang dan menikmati kegiatan tersebut. Namun sebaliknya ada pula yang merasa tidak suka bahkan terganggu.

Latar belakang budaya yang berbeda juga memberi pengaruh yang cukup besar terhadap pola pikir seseorang dan kelompok. Budaya dan pola pikir yang berlainan ini sering memunculkan perbedaan pendapat yang pada akhirnya memicu adanya suatu konflik baik secara kelompok maupun individu.

Demikian pula jika masing-masing individu dan kelompok memiliki kepentingan serta tujuan yang tidak sama. Mungkin saja ketika melakukan suatu kegiatan, setiap invidu atau kelompok dapat melakukannya secara bersama-sama. Namun karena masing-masing mempunyai tujuan yang tidak sama, maka pada akhirnya terjadi konflik atau perebutan demi mencapai tujuan itu sendiri.

Bahkan ada yang menganggap kelompok dan individu yang tidak memiliki tujuan yang sama tersebut merupakan penghalang yang harus dihadapi agar tujuannya dapat tercapai. Misalnya dalam suatu lingkungan terdapat lahan terbuka yang tidak ada pemiliknya.

Di situ ada individu atau kelompok yang ingin memanfaatkan lahan terbuka tersebut sebagai tempat budidaya tanamanan agar dapat mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. 

Sementara itu, pada sisi yang lain, ada kelompok yang berniat memakainya sebagai tempat olahraga dengan alasan kampung tersebut sudah tidak memiliki lapangan lain untuk kegiatan olahraga maupun bermain bagi anak-anak.

Meski sama-sama mempunyai nilai positip namun kedua kelompok ini memiliki kepentingan yang sangat berbeda serta berlawanan yang pada akhirnya dapat menimbulkan konflik secara pribadi dan kelompok. Hal yang sama juga dapat terjadi pada kepentingan politik, sosial atau bidang lainnya.

Selain pola pikir, budaya dan kepentingan masih ada satu faktor lain yang bisa menimbulkan konflik, yaitu perubahan terhadap nilai-nilai budaya yang terus berkembang dalam masyarakat itu sendiri. Apalagi jika perubahan tersebut terjadi dengan cepat dan secara mendadak.

Misalnya pada lingkungan pedesaan yang sebagian besar masyarakatnya mempunyai profesi sebagai petani. Tapi pada suatu saat daerah tersebut lahir sebuah proses industrialisasi seperti pendirian pabrik dan sebagainya.

Sebelumnya para petani tersebut bekerja dengan sistem gotong royong. Tapi setelah muncul pabrik dan mereka kehilangan lahan untuk bertani, mereka harus bekerja menjadi buruh. Dan sistem kerja pada pabrik sangat bekerja dengan sistem pertanian yang sebelumnya sudah jadi bagian dari budaya masyarakat di lingkungan tersebut.

Hubungan antara individu maupun kelompok yang sebelumnya didasarkan kepada nilai-nilai kekeluargaan pada sistem kerja berubah total jadi sistem kontrak. Sehingga hubungan mereka menjadi kurang akrab lagi, karena ada tingkatan-tingkatan yang diterapkan misalnya mandor yang memberi perintah, buruh yang diperintah dan lainnya.

Kondisi ini membuat hubungan kekeluargaan jadi terganggu, karena ada masalah sosial lain yang mereka hadapi yaitu kecemburuan sosial. Teknik serta cara mengatasi konflik yang satu ini lebih sulit dilakukan apabila masing-masing pihak mulai lupa dengan akar budaya mereka sendiri.

Mengatasi dan Meminimalkan Konflik

Salah satu cara terbaik guna meminimalkan efek dari konflik dan mengatasinya sebagaimana yang telah disebut di atas adalah, setiap individu dan kelompok harus bersedia berkomunikasi dengan baik, terbuka terhadap segala permasalahan, sumber masalah dan kenyataan yang ada atau harus dihadapi bersama.

Setelah itu samakan perasaan, pandangan dan tujuan serta menghindari perbedaan yang ada, sehingga setiap kelompok dan individu bisa berjalan seiring lagi saat menjalankan tugas atau kewajiban maupun kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama.

Tiap individu dan kelompok juga harus mengutamakan kepentingan bersama dan tidak boleh mementingkan kebutuhan atau kepentingan sendiri saja. Dan yang lebih penting lagi, semua perbedaan yang sebelumnya memicu adanya konflik harus segera dilupakan tapi harus tetap dijadikan sebagai bahan pembelajaran agar konflik tersebut tidak muncul lagi.

Intinya, agar cara mengatasi konflik ini dapat diterapkan dengan baik maka pihak-pihak yang sedang berhadapan atau berkonflik harus belajar menerima perbedaan pendapat selama tidak merugikan antara yang satu dengan yang lain. Jikalau perbedaan tersebut sulit untuk diterima maka harus saling menahan diri untuk tidak melakukan serangan pada pihak yang berbeda.

Menghindari Konflik

Meskipun konflik atau masalah antar individu dan kelompok dapat diselesaikan jika masing-masing pihak bisa melupakan ego dan kepentingan sendiri, namun tindakan yang palik bagus untuk dilakukan adalah menghindari terjadinya konflik.

Konflik dapat dicegah bila semua pihak bersedia menjalin komunikasi dengan baik, sehingga segala macam perbedaan perbedaan dan kepentingan bisa disatukan serta dijalankan bersama. 

Jika ada masalah, harus secepatnya diselesaikan melalui musyawarah agar masalah tersebut tidak berlarut-larut bahkan melebar pada permusuhan.

Hindari pula pembicaraan yang dilakukan secara rahasia apalagi membuat kelompok sendiri yang pada akhirnya nanti dapat melahirkan semacam ekskusifitas dalam pergaulan. Jika ada sesuatu yang dianggap kurang tepat atau merugikan sebaiknya dibicarakan secara terbuka dan dicarikan jalan penyelesaiannya secara bersama-sama pula.

Ketika terjadi perbedaan pendapat atau kepentingan yang sulit untuk disatukan, harus segera mencari didiskusikan bersama mediator atau pihak lain yang posisinya netral. 

Dari sini dapat diambil satu keputusan yang tidak saling merugikan baik secara individu atau kelompok. Dan akan menjadi lebih bagus lagi jika keputusan tersebut bisa saling memberi keuntungan.

Prinsipnya adalah menghindari permusuhan atau saling menyerang dan mengalahkan. Sebab di sini yang paling penting adalah bukan mencari siapa yang menang atau yang kalah, namun berusaha menemukan jalan penyelesaian yang paling bagus, baik dan benar bagi kedua belah pihak yang tengah bersengketa. Jadi tak akan ada yang merasa dirugikan terhadap keputusan yang diambil bersama.

Meski mempunyai perbedaan, namun semua pihak baik secara individu atau kelompok harus tetap saling memberi dukungan. Jikapun perbedaan ini tidak dapat disatukan lagi, maka jalan terbaik untuk menghindari konflik adalah salah satu pihak bersedia mengundurkan diri, atau keluar dari lingkungan dan kelompok yang dianggap tidak bisa membela kepentingannya.

Meski hal ini kadangkala tidak mudah dilakukan, namun paling tidak permusuhan tetap dapat dihindari sebelum muncul konflik lain yang skalanya lebih besar. Jadi rasa persaudaraan serta kekeluargaan tetap dijaga meski jalan yang ditempuh sudah tidak seiring lagi. 

Dan apabila hal ini tetap tidak dapat dijalankan juga, maka masing-masing pihak harus bersedia menjalankan atau mempraktekan cara mengatasi konflik seperti yang telah dijelaskan di atas.

Post a Comment for " Ingin Tahu Bagaimana Cara Mengatasi Konflik? Ini Jawabannya!"