Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tiga Hambatan dalam Komunikasi

credit:instagram@adidayaprimaperkasa

Di mata sang istri, Pak Fulan bukan sosok suami ideal. Ada banyak hal yang kerap membuatnya kesal dan sakit hati. Salah satunya adalah sikap acuh dan tidak mau tahu walau menyangkut kebutuhan keluarganya sendiri.

Suatu hari, Pak Fulan duduk santai di depan rumah. Tiba-tiba istrinya menghampiri. “Pak, tolong dong betulin lampu di depan dari tadi nggak nyala terus!”

“Enak saja nyuruh-nyuruh, memangnya aku ini tukang listrik apa?” jawabnya ketus.

Dengan sedih sang istri pun kembali ke dapur. Namun, tidak lama kemudian si istri datang lagi. Dengan agak ragu ia berkata, “Pak tolong dong betulin keran air dari tadi macet terus. Saya jadi nggak bisa masak air nih!”

“Enak saja nyuruh betulin keran, memangnya aku ini tukang ledeng!” kata Pak Fulan sambil ngeloyor pergi.

Ketika pulang sore hari, Pak Fulan merasa sedikit heran karena lampu di depan rumah sudah menyala. Begitu pula saat ke kamar mandi, keran air yang tadinya macet kini sudah berfungsi kembali.

“Siapa yang membetulkan lampu dan kran air?” tanya Pak Fulan.

“Tadi mantan pacar saya lewat di depan rumah. Langsung saja saya panggil untuk membetulkan lampu dan kran air. Syukur ia mau, tapi dengan dua syarat, dibuatkan roti atau saya tidur dengannya,” ujarnya tenang.

Pak Fulan kaget setengah mati. “Pasti kamu membuatkan ia roti, kan?” tanyanya cemas.

Apa kata istrinya? “Enak saja! Memangnya saya ini tukang roti apa!”

Lemaslah lutut Pak Fulan mendengar jawaban itu. 

Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi

Manusia memiliki sejumlah kebutuhan dasar dalam hidup. Salah satunya adalah kebutuhan untuk dihargai, diakui, diperhatikan, dan didengarkan oleh orang-orang di sekitarnya. Semua kebutuhan ini sejatinya berhubungan langsung dengan sebuah proses bernama “komunikasi”.

Dengan demikian, kualitas sebuah hubungan, khususnya yang bersifat interpersonal (antara dua individu atau lebih) sangat dipengaruhi oleh kualitas komunikasi yang terjalin. Harmoni akan terjadi apabila pola komunikasi berjalan baik.

Namun sebaliknya, disharmoni pun akan muncul apabila pola komunikasi berjalan buruk. Itulah mengapa, terjadinya kasus WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain), biasanya berawal dari terhambatnya komunikasi antara suami istri.

Penelitian Debbie Layton-Tholl memperkuat hal tersebut. Dari sepuluh faktor penyebab perselingkuhan dan perceraian yang ia temukan, 80% di antaranya disebabkan oleh kegagalan dalam komunikasi. 

Adapun bentuk turunannya bisa bermacam-macam, mulai dari hilang rasa saling percaya, rasa saling menghargai, hingga akhirnya kesetiaan pun memudar sebagaimana yang terjadi kepada istrinya Pak Fulan.

Pertanyaannya sekarang, apa saja yang mengakibatkan terjadinya hambatan dalam komunikasi tersebut terutama yang bersifat interpersonal?

Setidaknya ada tiga penyebab, antara lain:

1. Tidak adanya kepercayaan (trust)

Sikap percaya adalah syarat pertama dalam membangun komunikasi yang baik. Ketika kepercayaan itu hilang, hilang pula efektivitas dari sebuah proses komunikasi. 

Sebagai contoh, ketika kita tidak percaya kepada seorang teman, mungkin karena ia tidak jujur atau kita merasa kalau ia akan berkhianat, biasanya kita pun akan menjaga jarak dengan dia, tidak terlalu membuka diri, berbicara pun hanya seperlunya. Akibatnya, hubungan komunikasi yang terjalin menjadi sangat dangkal dan tidak akrab.

2. Sikap defensif

Sederhananya, defensif memiliki makna bertahan. Sikap ini biasanya akan muncul ketika seseorang berlaku tidak jujur, menyembunyikan sesuatu, tidak menerima, dan kehilangan sikap empati terhadap lawan bicara. 

Orang yang defensif dalam berkomunikasi cenderung untuk lebih banyak bertahan dan melindungi diri daripada berusaha memahami pesan yang disampaikan orang lain. 

Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang berlaku defensif, baik yang bersifat situasional, misalnya perilaku komunikasi orang lain yang terlalu agresif, maupun yang bersifat personal, seperti sikap rendah diri, ketakutan, kecemasan, pengalaman yang buruk, dan sebagainya. 

Kita ambil contoh, seorang suami yang takut perselingkuhannya terbongkar, cenderung untuk defensif ketika pembicaraan istrinya menyerempet pada tema perselingkuhan. Atau, seseorang yang dituduh mencuri, akan mati-matian mempertahankan diri bahwa ia tidak mencuri, ini faktor situasional.

3. Sikap yang tertutup

Komunikasi interpersonal akan terhambat apabila satu pihak atau kedua pihak yang berkomunikasi tidak saling terbuka. Sikap ini akan timbul ketika seseorang menilai pesan yang disampaikan orang lain berdasarkan motif pribadinya. 

Artinya, setiap pesan akan dinilai berdasarkan desakan dari dalam diri yang bersangkutan, misalkan karena merasa diri benar dan orang lain salah, merasa berkuasa atau ingin berkuasa, ingin bertahan dalam zona nyaman, egois, karena keyakinan, dan sebagainya. 

Pak Fulan, sebagaimana dalam kisah di atas, terlihat sangat tertutup dan kaku kepada istrinya karena ia merasa berkuasa dan tidak layak diperintah ini dan itu.

Bergabungnya tiga sikap ini dalam proses komunikasi akan melahirkan sikap saling tidak mengerti, tidak menghargai, dan pada akhirnya akan menghancurkan hubungan interpersonal.

Hambatan-Hambatan dalam Komunikasi

Tiga Hambatan dalam Komunikasi
credit:instagram@abcpalem

Seperti yang sudah dicontohkan, komunikasi tidak selalu berjalan lancar. Ada faktor-faktor yang membuat komunikasi dua pihak menjadi bermasalah. 

Faktor-faktor tersebut dinamakan hambatan-hambatan komunikasi. Hambatan-hambatan komunikasilah yang menyebabkan dua pihak berseteru. Hambatan-hambatan komunikasi juga menyebabkan perang dunia.

Berikut ini merupakan hambatan-hambatan dalam komunikasi yang lain, diantaranya:

1. Perbedaan Persepsi

Setiap orang memiliki kemampuan yang tidak sama dalam hal mengartikan sebuah pesan atau ungkapan. Ada orang yang mengartikan bentakan seseorang sebagai sebuah ketegasan. Namun, ada juga orang yang mengartikan bentakan tersebut sebagai sebuah kekejaman dan tindak kekerasan.

Perbedaan persepsi inilah yang menjadi alasan mengapa dua pihak terlibat konflik. Kadang, perkataan yang sama bisa diartikan beda bila disampaikan pada orang yang berbeda. 

Setiap orang bisa mengartikan sebuah garis lurus sebagai tiang bendera, namun orang yang lainnya bisa mengartikan sebuah garis lurus tersebut sebagai tanda seru. Padahal, sama-sama garis lurus.

2. Perbedaan Budaya

Perbedaan budaya juga menjadi salah satu penghambat dalam komunikasi, terlebih bila masing-masing pihak tidak mengerti bahasa yang dipergunakan. Meskipun demikian, hal ini bukanlah masalah besar, tidak sebesar alasan nomor satu karena bisa diakali dengan cara menggunakan bahasa simbol atau saling mempelajari kebudayaan masing-masing.

3. Karakter Dasar

Karakter dasar manusia pada dasarnya ada 4, yaitu koleris, melankolis, plegmatis, dan sanguinis. Keempatnya memiliki karakter yang berseberangan. Koleris adalah karakter kuat yang kadang suka menyinggung perasaan. Melankolis adalah karakter yang lembut dan perasa.

Sanguinis adalah karakter yang santai. Plegmatis adalah karakter yang suka mengalah. Bayangkan bila keempat karakter ini dipertemukan dalam sebuah komunitas, apa yang akan terjadi? Perbedaan karakter inilah yang memang kadang-kadang menjadi penghambat komunikasi.

4. Kondisi

Kondisi saat berkomunikasi dengan kawan bicara juga menjadi sebab kesalahpahaman terjadi. Bisa saja saat komunikasi antara dua pihak sedang terjadi, pihak pertama sedang dalam kondisi yang tidak enak. 

Akibatnya, kondisi yang tidak enak tersebut mempengaruhi cara menangkap pesan dari kawan bicara sehingga terjadilah kesalahpahaman. Bila sudah tahu hambatan-hambatan yang ada pada komunikasi, kita akan tahu cara mengatasinya.

Demikianlah uraian terkait dengan Tiga Hambatan dalam Komunikasi. Semoga uraian diatas dapat menambah wawasan Anda.

Post a Comment for " Tiga Hambatan dalam Komunikasi"