Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kekuatan Sebuah Harapan

Kekuatan Sebuah Harapan

Kekuatan dalam diri kita bisa muncul dari sebuah harapan. Harapan yang tertanam dalam hati bisa menjadi penggerak untuk memotivasi kita menjadi lebih baik dan maju lagi.

Harapan dalam ilmu psikologi merupakan sesuatu yang sifatnya subjektif, karena setiap orang memiliki harapan yang berbeda-beda. Masih banyak yang belum memahami konsep sebuah harapan dengan baik dari sudut pandang ilmu psikologi dan agama.

Meskipun harapan itu bisa menjadi sebuah motivasi, tetapi jika disalahartikan atau disalahgunakan akan berbeda artinya. Kali ini kita akan membahas mengenai harapan dari sudut pandang psikologi dan agama.

Makna Harapan

Harapan merupakan suatu hal yang umum dalam kehidupan manusia. Orang mengharapkan akan mencapai tujuannya, orang mengharapkan apa yang dikemukakannya akan dapat dimengerti oleh kawannya, dan sebagainya. Dengan demikian, harapan mempunyai konsekuensi penting pada perilaku seseorang.

Menurut Stotland, teori harapan berpusat pada kondisi yang mengarah pada keadaan penuh harapan atau hopefulness atau ketiadaannya (lack of it), efek dari keadaan penuh harapan bagi seseorang, dan konsekuensinya untuk berperilaku.

Harapan adalah sesuatu yang subjektif. Karenanya, Stotland memulai definisi mengenai harapan dan membuat konsep yang lebih cocok dengan psikologi eksperimental.

Ia memandang harapan sebagai istilah untuk ekspektasi atau perkiraan tentang pencapaian tujuan, dan derajat probabilitas pencapaian tujuan yang dipersepsikan oleh individu.

Dalam suatu kejadian, teori harapan tidak semata-mata terkait dengan psikologi sosial, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam kejadian nonsosial. Inti teori harapan mengandung tujuh proposisi tentang proses motivasi dan kognitif, yang kemudian digunakan untuk memunculkan hipotesis-hipotesis.

Proposisi-proposisi tersebut adalah sebagai berikut.

• Motivasi seseorang untuk mencapai tujuan merupakan fungsi positif dari probabilitas pencapaian tujuan dan mengenai pentingnya tujuan yang dipersepsikan. Dalam proposisi ini, istilah tujuan termasuk segala sesuatu yang dipersepsikan individu, dan motivasi menunjukkan untuk berbuat sesuatu.

• Semakin tinggi probabilitas pencapaian tujuan yang dipersepsikan seseorang dan semakin penting tujuan, semakin tinggi juga afeksi positif yang dialami seseorang. Afeksi positif termasuk, misalnya keadaan senang dan kepuasan.

• Semakin rendah probabilitas pencapaian tujuan dan semakin penting tujuan yang dipersepsikan seseorang, semakin besar kecemasan yang dialami seseorang. Kecemasan atau anxiety merupakan efek negatif.

• Seseorang termotivasi untuk menghindari dan menolak kecemasan. Semakin besar kecemasan yang dialami atau diperkirakan, semakin besar pula motivasinya.

• Seseorang akan memperoleh skema sebagai hasil dari persepsinya dari sejumlah kejadian di mana contoh konsep yang sama diasosiasikan atau dari komunikasi pihak lain. Skema tersusun dari konsep-konsep.

• Skema yang dipersepsikan oleh seseorang mengenai suatu kejadian sama dengan unsur pokok konsep dari skema, atau diperoleh dari komunikasi pihak lain yang mengarahkannya untuk memperoleh skema.

Semakin besar kesamaan antara kejadian dengan unsur pokok konsep, atau semakin penting orang yang mengarahkannya, semakin sama skema yang ditimbulkan.

• Probabilitas bahwa skema akan ditimbulkan dan tetap timbul, sebagian merupakan fungsi positif dari waktu yang telah ditimbulkan terdahulu. Kejadian yang dipersepsikan lebih dahulu sebagai hal yang konsisten dengan skema, dan pentingnya bagi seseorang, dari siapa skema diterima.

Sebuah Harapan dan Aksi

Teori harapan ini memberikan penekanan pada motivasi yang akan ditentukan oleh pentingnya tujuan serta perkiraan dalam memperolehnya. Penentu dalam kaitannya dengan perilaku terhadap tujuan dan seleksi perhatian terhadap tujuan merupakan aspek yang relevan dengan lingkungan.

Hal tersebut mengarah kepada hipotesis-hipotesis berikut:

Semakin besar perkiraan individu untuk memperoleh tujuan, semakin besar pula kemungkinan individu berusaha memperoleh tujuan tersebut.

Semakin penting tujuan, semakin besar kemungkinan individu memperhatikan seleksi yang relevan tujuan dari lingkungan.

Semakin penting tujuan, semakin besar perilaku yang tampak untuk memperoleh tujuan.

Semakin penting tujuan, semakin besar pikiran individu tentang bagaimana untuk memperolehnya.

Semakin besar perkiraan untuk memperoleh tujuan, semakin tinggi pemikiran individu tentang bagaimana untuk memperolehnya.

Semakin besar perkiraan untuk memperoleh tujuan, semakin besar pula kemungkinan individu menyeleksi aspek relevan-tujuan dari lingkungan.

Harapan dan Kecemasan

Kekuatan Sebuah Harapan

Kecemasan merupakan keadaan yang efektif, keadaan subjektif yang negatif. Stotland berpendapat bahwa kecemasan merupakan konsekuensi dari persepsi probabilitas yang rendah terhadap pencapaian tujuan.

Proposisi ini sesuai atau konsisten dengan teori para ahli yang lain dan juga didukung oleh data empiris. Karena individu termotivasi untuk menghindari kecemasan, atau individu dalam keadaan cemas.

Individu mencoba melepaskan diri dari kecemasan dengan menaikkan ekspektasi perolehan tujuan. Sama halnya dengan kesulitan yang mengarah pada perkiraan yang merendahkan pentingnya tujuan atau keduanya.

Apabila orang mencoba menaikkan perkiraan pencapaian tujuan, sama halnya dengan kesulitan yang mengarah pada perkiraan yang merendahkan tujuan, orang akan menghadapi kesulitan-kesulitan.

Stotland memberikan catatan bahwa walaupun ada kesulitan-kesulitan. Orang dalam keadaan yang ekstrim dapat merendahkan pentingnya tujuan, atau kemungkinan aktivitas lain, yaitu mengubah perhatian ke sub tujuan yang mudah dicapainya.

Teori ini memprediksikan bahwa secara umum orang mempunyai tendensi menolak tugas-tugas yang akan menghasilkan kegagalan. Prediksi ini berdasarkan asumsinya kegagalan akan menimbulkan kecemasan.

Beberapa studi memberikan gambaran bahwa orang akan memilih tugas yang menghasilkan kesuksesan daripada yang menghasilkan kegagalan. Ekspektasi dan preferensi orang dipengaruhi oleh kesuksesan dan kegagalan.

Stotland memprediksi bahwa performansi juga akan terpengaruh olehnya. Prediksi ini berdasarkan atas kepercayaan bahwa perkiraan mempengaruhi motivasi, dan selanjutnya akan berpengaruh pada performansi.

Jadi, dapat dikemukakan bahwa proposal harapan itu berpengaruh pada tindakan atau perilaku.

Harapan dalam Sudut Pandang Agama

Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Di dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, manusia melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu terjadi, selain hasil usahanya yang telah dilakukan dan ditunggu hasilnya.

Jadi, yang diharapkan itu adalah hasil jerih payah dirinya dan bantuan kekuatan lain. Bahkan harapan itu tidak bersifat egosentrik, usahanya ialah memiliki. Harapan tertuju kepada “Engkau”, sedangkan keinginan kepada “Aku”. Harapan itu ditujukan kepada orang lain atau kepada Tuhan.

Keinginan itu untuk kepentingan dirinya, meskipun pemenuhan keinginan itu melalui pemenuhan keinginan orang lain. Misalnya melakukan perbuatan sedekah kepada orang lain; orang lain terpenuhi keinginannya, dan sekaligus orang yang sedekah juga terpenuhi keinginannya, yaitu kebahagiaan sewaktu berbuat baik kepada orang lain.

Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan ada harapan yang pesimistis. Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi bakal muncul. Dalam harapan yang pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak bakal terjadi.

Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan dinamikanya, penuh dengan keinginannya atau kemauannya. Harapan untuk setiap orang berbeda-beda kadarnya. Orang yang wawasan berpikirnya luas, harapannya pun akan luas. Demikian pula orang yang wawasan berpikirnya sempit, maka akan sempit pula harapannya.

Besar kecilnya harapan sebenarnya tidak ditentukan oleh luas atau tidaknya wawasan berpikir seseorang, tetapi kepribadian seseorang dapat menentukan dan mengontrol jenis, macam, dan mesar-kecilnya harapan tersebut. Bila kepribadian seseorang kuat, jenis dan besarnya harapan akan berbeda dengan orang yang kepribadiannya lemah.

Kepribadian yang kuat akan mengontrol harapan seefektif dan seefisien mungkin. Sehingga tidak merugikan bagi dirinya atau bagi orang lain, untuk masa kini atau untuk masa depan bagi masa di dunia atau masa di akhirat kelak.

Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha atau bekerja kerasnya seseorang. Orang yang bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar. Untuk memperoleh harapan yang besar, tetapi kemampuannya kurang. Biasanya disertai dengan bantuan unsur dalam, yaitu berdoa.

Post a Comment for "Kekuatan Sebuah Harapan"