Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kunci Kebahagiaan- Fokus Pada Apresiasi Bukan Ekspektasi


Kunci Kebahagiaan- Fokus Pada Apresiasi Bukan Ekspektasi
image via esqtraining.com

Pada artikel saya sebelumnya, saya telah mengulas tentang ukuran nilai kebahagiaan serta 5 resep dan kunci hidup bahagia, maka pada artikel kali ini saya akan mengulas sebuah topik yang sangat berkaitan dengan hal tersebut yakni Fokus Pada Apresiasi Bukan Ekspektasi.

Artikel ini terinspirasi ketika saya mengikuti sebuah materi training secara online dari ESQ Leadership Center, pimpinan Dr.(H.C) Ari Ginanjar Agustian dari tempat saya bekerja. Ada banyak sekali materi - materi tentang motivasi, leadership, inspirasi dan topik - topik menarik yang di bahas dalam training secara digital tersebut, dan kedepan saya akan coba untuk menuangkannya dalam tulisan di blog saya ini.

Pada kesempatan pertama ini, saya akan mengulas sebuah topik menarik yakni Fokus Pada Apresiasi Bukan Ekspektasi. Topik ini sangat menari menurut saya, karena selama ini kita kurang menyadari nilai - nilai dasar yang harus kita punyai dalam menyikapi permasalahan dalam kehidupan kita.

Dalam hidup ini, kita seringkali hanya fokus pada ekspektasi kita dan bukan pada apresiasi kita. Sebagai contoh misalnya, kita seringkali berharap untuk menjadi orang kaya, punya banyak harta dan uang. Kita kemudian mengeluh karena ternyata kita tidak bisa memenuhi ekpektasi tersebut. Kita merasa gagal, dan merasa berputus asa karenanya. Kita berpikir dan berprasangka buruk kepada Tuhan karena merasa tidak adil terhadap kita.

Namun disisi yang lain, kita lupa memberikan sebuah apresiasi atau penghargaan atas apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Kita lupa bahwa kita telah memiliki rumah sendiri (walaupun rumah kecil dan sederhana), kita bisa menyekolahkan anak - anak kita walaupun dengan susah payah dan kita dapat makan setiap hari walaupun dengan menu yang sederhana.

Kita sering menafihkan bahwa di luar sana masih banyak orang - orang yang bernasib kurang beruntung dan susah. Mereka berjuang untuk makan setiap hari dan menganggap bahwa masa depan mereka adalah besok hari, karena untuk memikirkannya hampir - hampir tidak ada dalam benak dan pikiran mereka.

Contoh nyata lainnya adalah ketika kita berada dalam kondisi pandemi Coronavirus (COVID19) seperti sekarang ini, yang telah membuat kita begitu sulit untuk mencari nafkah. Mungkin banyak diantara kita yang bahkan kehilangan pekerjaannya karena di PHK dari tempatnya bekerja, atau dirumahkan tanpa adanya kepastian kapan akan masuk bekerja kembali.

Kita menggerutu, kesal dan marah kepada Tuhan karena kesulitan yang menimpa diri kita. Kita tiba - tiba menjadi manusia yang sombong dan tidak mau bersyukur kepada Tuhan. 

Kunci Kebahagiaan- Fokus Pada Apresiasi Bukan Ekspektasi
Syukur, image via freepik

Ini adalah sebuah situasi yang sangat sulit bagi kita, akan tetapi dibalik hal itu pasti ada sebuah tujuan dan hikmah dari Tuhan untuk kita. 

Kita lupa, bahwa kita baru beberapa bulan saja di berikan musibah dan ujian berupa wabah COVID-19 ini, dan itu sudah membuat kita marah, kesal, menggerutu dan mengatakan kalau Tuhan tidak adil dan sayang kepada kita. Kita lupa bahwa, selama ini kita telah hidup penuh dengan kebebasan, tanpa adanya musibah COVID-19, kita bisa hidup tenang, mencari nafkah lancar dan kita dapat bepergian kemanapun tanpa adanya rasa was - was dan ketakutan akan tertular oleh virus Corona tersebut. 

Kita telah lupa untuk selalu bersyukur dan memberikan sebuah apresiasi kepada Tuhan yang maha kuasa atas hal apapun yang telah kita terima tersebut. Jikapun saat ini kita tengah berada di tengah situasi yang sangat sulit, kita harus tetap berpikir secara positif dan senantiasa tetap bersyukur kepada Tuhan.

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Musibah pandemi COVID-19 memang telah merubah segala hal dalam kehidupan kita. Namun selalu ada peluang lain yang bisa kita lakukan jika kita dapat menyikapinya dengan positif thinking. Musibah ini telah merubah pola pikir kita bahwa kita sama sekali tidak punya kekuatan apapun di hadapan Tuhan. Kita adalah mahluk yang lemah dan tidak berdaya di hadapan Tuhan. Musibah Coronavirus ini adalah hanya bagian yang amat sangat kecil dari wujud kekuaatan dan kekuasaan Tuhan.

Bagi Anda yang beragama Islam, mungkin pernah mendengarkan sebuah kisah tentang Nabi Ayyub AS. Nabi Ayyub sendiri adalah seorang Nabi yang memiliki kesabaran yang sangat luar biasa dan sangat di banggakan oleh Allah SWT, karena Beliau telah di uji oleh Allah SWT dengan ujian yang sangat berat berupa penyakit yang dideritanya selama bertahun - tahun dan mampu lulus dari ujian berat tersebut.

Nabi Ayub yang semula begitu kaya, kuat dan gagah kemudian ditimpa penyakit yang tidak ada obatnya. Bahkan yang lebih memprihatinkan, badan Nabi Ayyub sendiri kemudian membusuk sehingga banyak belatung yang keluar dan menempel di tubuhnya. Istri-istrinya yang selama ini menemaninya, satu persatu kemudian mulai meninggalkannya. Hanya tersisa satu yang setia menemaninya, namun dia justru adalah istri yang paling cantik di antara semua istri - istrinya.

Nabi Ayyub kemudian diasingkan oleh masyarakat dan para pengikut yang awalnya memuja dan menghormatinya. Kemudian nabi Ayyub terpaksa hidup terpencil dan menyendiri didalam  sebuah gua.

Mungkin kita akan berpikir  bahwa kalau Beliau adalah seorang Nabi mengapa Beliau tidak berdo'a saja kepada Allah SWT dan minta agar penyakitnya segera di hilangkan dan disembuhkan? Bukankah do'a seorang Nabi selalu di kabulkan oleh Allah SWT?

Pikiran Anda, mungkin sama dengan apa yang dipikirkan oleh istri dari Nabi Ayyub AS. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa istri Nabi Ayyub pernah berkata, "Wahai suamiku, mengapa engkau tidak memohon dan berdoa kepada Tuhan agar penyakitmu di sembuhkan?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Nabi Ayyub mengatakan bahwa dia malu kepada Tuhan untuk meminta kesembuhan tersebut karena selama ini dia telah hidup dalam begitu banyak keistimewaan dan kemewahan sebelum di timpa oleh penyakit tersebut. Ini adalah sebuah contoh kesabaran dan keikhlasan yang sangat luar biasa.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari cerita tersebut adalah apapun yang terjadi dan menimpa diri kita, kita tidak boleh lupa untuk terus mengucapkan rasa syukur sebagai wujud apresiasi atas apa yang telah kita terima selama ini dari Tuhan. 

Musibah COVID-19 hanyalah sebagian kecil musibah yang merupakan tanda - tanda kekuasaan Tuhan atas mahluknya. Jika kita selalu mampu untuk berpikir secara positif dalam meyikapi musibah ini, maka Tuhan pasti akan memudahkan jalan kita untuk menemukan peluang - peluang baru yang bahkan tidak kita pikirkan sebelumnya.

Ingat kunci dasarnya adalah Fokus Pada Apresiasi Bukan Ekspektasi. Bersyukur atas apa yang telah kita terima bykan hanya berharap apa yang kita harapkan. 

Semoga tulisan ini dapat menjadi sebuah inspirasi dan motivasi bagi Anda semua.

Post a Comment for "Kunci Kebahagiaan- Fokus Pada Apresiasi Bukan Ekspektasi"