Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Membangun Keluarga Bahagia Berdampak Positif

keluarga-bahagia

Keluarga bahagia tidak akan terjalin jika tidak dibangun sejak awal. Definisi kebahagiaan sebenarnya sederhana. Keluarga bahagia itu akan terjalin jika ada rasa saling pengertian, memahami, dan saling membantu. Ada perasaan “saling mengasihi” antara satu keluarga. Keluargalah yang menentukan keberhasilan masa depan putra-putri dalam keluarga tersebut.

Masa depan putra-putri mereka ditentukan oleh cara mendidik orangtua dimasa datang. Anak yang mendapatkan pola asuh secure dari keluarga, membantu perkembangan mereka dalam mengaktualisasikan diri. Secure adalah kebutuhan anak yang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua secara proporsional.

Dari beberapa sebab tersebut, berikut beberapa tips membangun keluarga bahagia, antara lain:

1. Saling Memahami

Dalam membangun keluarga bahagia perlu sekali perasaan saling memahami satu sama lain. Terdengar sederhana memang poin ini. Karena sederhana inilah banyak yang mengabaikan sehingga banyak menyebabkan banyak perceraian dalam rumah tangga. Setahun tercatat sekitar 1 juta pernikahan, sekitar 285.184 terjadi perceraian. Tidak heran jika Indonesia menempati angka tertinggi tingkat perceraian di seluruh Asia.

Bentuk hilangnya perasaan saling memahami ini berupa bertengkar dalam satu keluarga. Saling menyalahkan satu sama lain. Mengabaikan perasaan peduli kepada keluarga sehingga menyebabkan impian menjadi keluarga bahagia hilang. Semua ini terjadi karena ketidak ada rasa kepekaan perasaan saling memahami satu sama lain.

Menciptakan keluarga bahagia dapat dilakukan dengan cara mendesain perasaan saling memahami. Bentuk desain ini dapat dibentuk sendiri sesuai karakter, kemampuan, dan kemauan.

a. Mencairkan Suasana

Di dalam rumah tangga, perlu sekali pencairan suasana. Jangan biarkan rumah seperti rumah tak berpenghuni. Sering di dalam rumah tidak dibangun komunikasi yang hangat dalam satu keluarga. Biasanya dilakukan oleh para Ayah. Sampai di rumah pulang kerja, Ayah langsung pergi lagi sehingga tidak ada kedekatan antara anak dan ayah.

Dampaknya, anak mencari sosok ayah di luar rumah. Anak ingin diperhatikan oleh sosok ayah. Hal yang paling membahayakan adalah ketika sosok pengganti ayah tersebut jatuh pada sosok lelaki yang tidak benar, akan mengakibatkan dampak lain.

b. Luangkan Waktu untuk Mengobrol

Sepulang beraktivitas setidaknya luangkan waktu ngobrol sejenak. Sambil minum teh hangat di ruang tamu atau di teras rumah. Usahakan ada suatu tema sederhana sebagai bahan perbincangan. Obrolan seperti ini sangat berpengaruh dan bermanfaat. Mampu menciptakan keluarga bahagia secara natural.

Bingung dengan tema yang ingin dibicarakan, tema ringan saja. Cukup ceritakan kegiatan yang terjadi di tempat kerja masing-masing. Anak disuruh bercerita kegiatan yang ada di sekolah. Orangtua menceritakan kegiatan pekerjaan di tempat kerja.

c. Selalu Menanyakan kepada Anak

Tips ini mudah dipraktekkan pada anak yang masih kecil. Anak dikondisikan dengan situasi terbuka. Sepulang dari sekolah atau saat anak masih kecil, anak diajak bercerita. Anak selalu ditanya kegiatan yang paling menyenangkan di sekolahnya.

Secara psikologis, anak suka diperhatikan seperti ini. Anak merasa nyaman. Ingat berikan perhatian sewajarnya, jangan berlebihan. Anak yang mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang proporsional, perkembangan emosional anak lebih matang, baik secara prestasi akademik maupun kehidupan sosial bermasyarakatnya.

d. Selalu Ajak Bercanda

Jika suasana hening dan diam, Anda siapa anak anda dengan memanggil namanya ramah. Cara lain dengan cara melontarkan beberapa kalimat gurauan untuk memancing komunikasi yang hangat. Meskipun cara ini dilihat orang luar berlebihan, cara ini efektif menyatukan dua kepribadian di dalam satu rumah.

Anak adalah kunci membangun keluarga bahagia yang hangat. Gurauan seperti ini dapat mengajarkan kepada anak, bahwa keluarga juga sebagai teman terhangat. Dampak positifnya anak tidak akan mudah bercerita keluh kesah, dan menggantungkan perasaannya pada dunia luar karena dunia luar tidak selalu baik terhadap mereka.

2. Manajemen Waktu

keluarga-bahagia

Dewasa ini, banyak sekali keluarga yang disibukan dengan segala aktivitas. Kesibukan tidak hanya terjadi di kota, kini di desa pun berlaku. Seorang Ibu mempunyai aktivitas yang tidak kalah dengan aktivitas ayahnya. Menjadi persoalan adalah ketika anak hanya dititipkan ke lembaga atau ke orang lain yang tidak tepat.

Kesibukan kedua orang tua, baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi beban bagi anak. Anak merasa terdiskriminasi. Anak merasa tidak mendapatkan kasih sayang. Meskipun anak diberikan segala apa yang diinginkan dan fasilitas, secara psikologis anak juga membutuhkan kasih sayang dari kedua orangtuanya.

Sepasang suami istri harus mempunyai kepandaian dalam memanajemen waktu. Sebisa mungkin anak mendapatkan kasih sayang yang seimbang dari orangtua. Ajak anak berwisata kasih sayang dari kedua orangtua, tidak harus keluar rumah, cukup dirumah bermain bersama.

Bagi anak banyak mainan hal biasa, lalu apakah mainan akan memberikan dampak perkembangan psikologis yang baik? Tidak selalu. Perkembangan psikologis yang baik adalah perhatian kedua orang tua.

3. Berbagi Tugas

Kesibukan orang tua dalam pekerjaan, di sinilah komitmen pernikahan sangat dibutuhkan. Dalam menjalin keluarga bahagia, tidak semudah yang dibayangkan. Ada beberapa step keluarga bahagia menciptakan kehangatan itu, salah satunya kepandaian pembagian tugas antara suami dan istri.

Suami dan istri tidak saling menuntut dan melempar tugas, semua dilakukan bersama-sama, isi rumah tanggung jawab bersama. Itulah keluarga bahagia. Berawal dari saling membantu kegiatan yang berat dikerjakan berdua. Tanpa kesadaran rencana ini tidak akan berjalan secara berkelanjutan dan konsisten.

4. Tidak Membandingkan

Saat berkumpul bersama bercerita banyak hal, orang tua dilarang membandingkan kemampuan Putra/putri Anda dengan orang lain. Orangtua yang membanding-bandingkan dengan orang lain sangat berisiko anak menjadi malas ketika diajak berkumpul lagi. 

Anak lebih menarik diri di kamar, melihat TV, FB-an atau kegiatan lain. Jika ini dibiarkan terus menerus, dampak jangka panjang tidak membangun keluarga bahagia, melainkan membangun keluarga nestapa.

Ketika anak dibandingkan dengan orang lain, ia merasa apa yang dilakukannya tidak pernah dihargai. Jadi seharusnya, orang tua memberikan apresiasi terhadap apa yang dikerjakan anak. Apapun bentuk hasilnya. Ketika hasil yang dicapai anak kurang baik, tugas orangtua adalah memberikan motivasi, meyakinkan bahwa dia mampu lakukan lebih baik dari sekarang.

Beberapa kasus psikologis, ketika anak dibanding-bandingkan dengan orang lain, ada anak justru menjadi lebih bersemangat. Anak ini mempunyai motivasi internal kuat, ia ingin membuktikan bahwa anak tersebut jauh lebih baik dari orang yang dibandingkan.

Celakannya, jika anak ini mempunyai tipe mental yang rendah. Anak yang dibandingkan dengan orang lain, justru semakin jatuh dan terburuk.

5. Dengarkan

Orangtua sering tidak mendengarkan anaknya berbicara, orangtua menganggapnya itu tidak penting, atau karena orangtua sedang banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Orangtua karier, mempunyai kedudukan yang tinggi, dan mendapatkan tuntutan yang harus diselesaikan dengan cepat.

Acap ketika anak memanggil (ayah atau ibu), orangtua memberikan isyarat tubuh yang di tangkap anak, yang mengatakan “jangan ganggu ibu/ayah dulu, ibu harus menyelesaikan ini itu”. Anak pun mengurungkan niat untuk berbicara.

Ada pula beberapa tipe orangtua yang suka oportunis terhadap masa depan anaknya. Kasus yang biasa terjadi, ketika anak lulus dari sekolah dan mencari jurusan. Biasanya orang tua yang oportunis menentukan dan mengarahkan jalan hidup si anak.

Anak tidak diberi kesempatan untuk memilih, atau ditanya tentang sekolah yang diminatinya di bagian apa. Orangtua merasa bahwa dirinya lebih tahu apa yang baik bagi anaknya. Disisi lain anak juga berhak berbicara dan menentukan masa depannya sendiri.

Hal-hal kecil semacam inilah terkadang anak tidak nyaman, dan akibatnya anak akan menarik diri, menjaga jarak dengan kedua orangtua. Anak ingin di dengar oleh orangtuanya. Keluarga bahagia adalah keluarga yang penuh keterbukaan, dan saling timbal balik antara anak dan orangtua.

Beberapa poin dan tips di atas jika dipraktekkan berjalan lancar, akan terjadi kesinambungan. Memang tidak mudah membangun keluarga bahagia secara utuh, tapi akan menjadi mudah jika ada niat keras dan kerjasama antara satu keluarga. 

Semoga kiat di atas mampu memberi motivasi untuk membangun keluarga bahagia yang langgeng sampai ajal memisahkan.

Post a Comment for " Membangun Keluarga Bahagia Berdampak Positif"