Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Intensitas Komunikasi Atasan Bawahan Untuk Menumbuhkan Motivasi Kerja

 

Intensitas Komunikasi Atasan Bawahan Untuk Menumbuhkan Motivasi Kerja
credit:freepik.com

Intensitas Komunikasi Atasan Bawahan Untuk Menumbuhkan Motivasi Kerja - Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup sendiri dan hanya bisa hidup karena adanya bantuan, kerja sama, dan hubungan dengan orang lain. 

Dalam kehidupannya manusia saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Ketika berinteraksi dengan individu lainnya, seseorang tidak akan terlepas dari adanya kegiatan komunikasi. Melalui komunikasi seseorang akan mengenal dirinya sendiri dan mengenal orang lain serta mengenal kehidupan diluar lingkungannya. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu kita digunakan untuk berkomunikasi.

Begitu pula dalam kehidupan berorganisasi yang dilakukan oleh sekumpulan orang, komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Komunikasi menjadi alat paling utama dalam menjalankan roda organisasi. 

Komunikasi juga berperan sebagai alat perpindahan instruksi antara atasan dan bawahan (karyawan) yang ada dibawah tanggung jawabnya. Tanpa komunikasi, kehidupan berorganisasi akan kacau balau dan menyebabkan macetnya organisasi itu sendiri. 

Salah satu bentuk komunikasi yang paling mendasar adalah komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi. Komunikasi interpersonal merupakan sebuah bentuk komunikasi yang paling sederhana, karena di dalamnya hanya melibatkan dan mempertemukan dua orang yang bertatap muka dan saling memberikan respon satu sama lain.

Dalam berorganisasi, komunikasi merupakan bagian dari manajemen yang dibutuhkan antara seorang atasan kepada anak buahnya (bawahan) untuk mengirimkan pesan sehingga dapat dimengerti dan memunculkan sebuah respon atau feedback. Salah satu bentuk komunikasi yang ada yaitu komunikasi interpersonal. 

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang bersifat dua arah (two way traffic). Komunikasi dua arah merupakan sebuah komunikasi yang terjadi antara pengirim dan penerima pesan yang saling memberikan respon sehingga tercipta pengertian diantara keduanya. Dalam lingkup organisasi, komunikasi yang seperti inilah yang menentukan keberhasilan dan kesuksesan.

Komunikasi interpersonal sebagai bentuk komunikasi yang paling dasar diharapkan terus berjalan dan dilakukan secara berulang-ulang agar berjalan dengan baik dan efektif. Efektif dalam hal ini maksudnya adalah akan menimbulkan dampak atau efek. 

Sebuah komunikasi yang efektif akan berhasil dilakukan bila menimbulkan 5 hal yakni: 

  • Pengertian
  • Kesenangan
  • Pengaruh sikap
  • Hubungan yang makin baik
  • Adanya tindakan

Apabila dikaitkan dengan hal di atas, maka komunikasi interpersonal yang dilakukan seorang Manajer koperasi dengan bawahannya diharapkan mampu memberikan suatu motivasi kerja yang positif dan nyata.

Komunikasi juga dapat diartikan sebagai pesan yang dikirimkan kepada satu atau lebih penerima untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Mempengaruhi tingkah laku dapat dirtikan pula mempengaruhi seseorang untuk lebih termotivasi dalam bekerja. Hal ini dapat dilakukan seorang manajer di saat rapat rutin bulanan. 

Dalam forum tersebut selain membahas kinerja koperasi, karyawan dapat melontarkan pendapat atau unek-unek yang ada, sehingga manajer dapat membantu pemecahan masalahnya sekaligus memotivasinya untuk tidak kendur dan tetap semangat dalam bekerja. 

Hubungan antara atasan dan bawahan melibatkan komunikasi interpersonal yang terjadi pada saat awal sampai akhir jam kerja yang berlaku, yang di dalamnya seringkali terjadi salah pengertian dalam penerimaan pesan sehingga mempengaruhi kinerja karyawan, misalnya keterlambatan menyelesaikan tugas, kurang koordinasi antara sub bidang, miss communication dan lain sebagainya.

Untuk itu diperlukan sebuah komunikasi interpersonal yang berkesinambungan dalam memecahkan fenomena yang ada. Pentingnya situasi komunikasi interpersonal karena prosesnya yang secara dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. 

Dalam hal ini intensitas dialog antara atasan dan bawahan sangat penting untuk menjaga kelangsungan dan keseimbangan komunikasi dalam organisasi. Dengan adanya intensitas dialog yang baik dan terjaga maka diharapkan muncul hubungan yang kuat antara atasan dan bawahan. 

Hubungan interpersonal muncul karena adanya komunikasi yang terus terjalin. Intensitas komunikasi interpersonal sangat penting dijaga untuk menumbuhkan hubungan tersebut. Hubungan interpersonal antara atasan dan bawahan yang telah terjalin akan menumbuhkan kepercayaan dan keterbukaan. 

Hubungan yang kuat antara atasan dan bawahan merupakan jantung dari pengelolaan organisasi yang efektif. Kepercayaan dan keterbukaan dalam suatu hubungan interpersonal antara atasan dan bawahan dapat menumbuhkan semangat dalam diri karyawan sehingga dapat memunculkan motivasi kerja yang tinggi.

Seringkali ditemukan dalam sebuah organisasi kepercayaan dan keterbukaan antara seorang atasan dan bawahannya sangat kurang. Dikhawatirkan dampak dari tidak adanya kepercayaan dan keterbukaan antara manajemen dengan karyawannya adalah munculnya rasa ketidakpuasan yang terpendam yang pihak manajemen tidak mengetahuinya. 

Akibatnya adalah motivasi karyawan tersebut menjadi rendah. Karyawan tersebut tidak lagi mempunyai semangat untuk maju dan bekerja lebih giat lagi untuk kemajuan dirinya dan organisasi tempatnya bekerja. Hal tersebut tentunya akan mengganggu kinerja organisasi secara keseluruhan.

Seorang atasan dalam memimpin organisasi harus mampu menciptakan komunikasi antar pribadi yang baik untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang solid. 

Hubungan interpersonal yang efektif akan terpenuhi jika komunikasi yang dijalin memenuhi kondisi seperti dibawah ini:

  • Bertemu satu sama lain secara personal
  • Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain.
  • Menghargai satu sama lain dan bersifat positif serta wajar.
  • Menghayati pengalaman masing-masing dengan sungguh-sungguh
  • Saling menjaga keterbukaan
  • Memperlihatkan tingkah laku yang penuh kepercayaan dan memperkuat rasa aman satu sama lain.

Apabila dalam sebuah organisasi, hubungan yang efektif tersebut dapat diterapkan, bukan tidak mungkin semangat yang dimiliki karyawan akan berlipat sehingga motivasi bekerja untuk lebih giat lagi akan semakin besar. 

Intensitas Komunikasi Atasan Bawahan Untuk Menumbuhkan Motivasi Kerja
credit:freepik.com

Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu. 

Motivasi karyawan yang rendah dalam melaksanakan pekerjaannya dapat menganggu kinerja perusahaan, apa yang telah direncanakan dan telah disiapkan matang-matang untuk tercapainya sebuah tujuan, dapat berantakan karena rendahnya motivasi yang rendah. Pekerjaan menjadi terbengkalai sehingga produktivitas kerja akan ikut terkena imbasnya pula.

Dari asumsi tersebut sangat disayangkan apabila sebuah organisasi menjadi terganggu dalam mencapat tujuan yang telah ditetapkan, karena motivasi karyawannya yang rendah. Karyawan terlihat ogah-ogahan dan tidak serius dalam melakukan pekerjaannya. 

Hal tersebut tidak perlu terjadi apabila atasan mampu membaca situasi tersebut dan memperkuat intensitas komunikasi interpersonal dengan bawahannya. Komunikasi interpersonal tersebut menjadi penting bagi sebuah organisasi untuk mengkomunikasikan segala kebijakan dan dan peraturan yang ada pada organisasi itu sendiri.

Salah satu aspek penting pemicu terciptanya motivasi kerja adalah hubungan yang baik dengan atasan. Hubungan dengan atasan merupakan aspek yang penting karena dari hubungan inilah dapat diketahui komunikasi yang terjalin di dalamnya. 

Komunikasi yang diperlukan antara atasan dan bawahan seyogyanya adalah komunikasi personal yang berkesinambungan. Dengan adanya komunikasi personal tersebut maka segala permasalahan dapat segera diketahui. Komunikasi personal tersebut berbentuk komunikasi antar pribadi atau interpersonal communication. 

Mengapa harus komunikasi interpersonal? Karena dibanding komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dianggap paling ampuh dalam mengubah sikap, pandangan, dan perilaku seseorang, dalam hal ini karyawan.

Tentunya komunikasi interpersonal tersebut haruslah menyenangkan. Dengan semakin seringnya komunikasi interpersonal yang menyenangkan, tercipta suatu motivasi positif di samping suasana kerja yang mendukung kinerja organisasi. 

Untuk menciptakan komunikasi yang menyenangkan tersebut diperlukan komunikasi interpersonal yang mampu menimbulkan kepuasan baik dari komunikator maupun komunikan. Kepuasaan tersebut antara lain kepuasan psikologis, kepuasan sosial dan kepuasan ekonomis. 

Komunikasi antar pribadi lebih merupakan suatu metode komunikasi yang mengarah pada pengenalan pribadi dan karakteristik antara komunikator dan komunikan.

Komunikasi ibarat kaki dari sebuah tubuh yakni, organisasi. Dengan komunikasi tersebut, segala aktivitas yang ada pada tubuh organisasi akan dapat berjalan ke segala penjuru, baik itu dari atasan maupun dari bawahan. memiliki persepsi dalam peranan komunikasi di sebuah organisasi sebagai koordinasi kegiatan pribadi dan tujuan organisasi serta menggiatkan aktivitas dalam organisasi. 

Komunikasi merupakan kegiatan naluri alami individu untuk saling memahami dan mengerti tentang sebuah pesan yang dihadapi, dalam hal ini antara komunikator dan komunikan. Dalam proses komunikasi tersebut, akan berakhir dengan adanya suatu efek. 

Efek komunikasi tersebut berupa perubahan sikap, pandangan dan tingkah laku seseorang. Pada esensinya, komunikasi merupakan pertukaran simbol antara dua individu atau lebih agar terjadi kesamaan pengertiaan.

Komunikasi antar pribadi atau interpersonal communication merupakan bentuk komunikasi yang paling mendasar. Komunikasi antar pribadi sering pula disebut dyadic yang melibatkan dua orang atau lebih yang menggunakan banyal saluran sensoris dan sifat umpan baliknya yang segera. 

Seorang pemimpin koperasi mempunyai andil yang cukup besar lewat komunikasi antar pribadi tersebut. Dengan komunikasi antar pribadi yang baik, diharapkan keharmonisan hubungan antara atasan dan bawahan dapat terwujud.

Komunikasi antar pribadi didefinisikan sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara kelompok-kelompok kecil orang dengan beberapa efek dan umpan balik seketika. 

Oleh karena itu, komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi antara orang-orang, biasanya bersifat tatap muka dan sifatnya yang pribadi. 

Komunikasi antar pribadi tersebut dapat berlangsung melalui dua cara:

1. Komunikasi tatap muka (face to face communication), yakni komunikasi yang berlangsung secara dialogis yang diharapkan dapat mempengaruhi sikap dan pendapat serta meningkatkan hubungan antara atasan dan bawahan secara lebih akrab dan bersahabat.

2. Komunikasi lewat media (Mediated communication), yakni komunikasi antar personal dengan menggunakan perantara alat atau sarana seperti, telepon, facsimile, email memo dan lain-lain.

Tujuan dilakukannya komunikasi antar pribadi adalah untuk menemukan dirinya sendiri, menemukan dunia luar, membentuk dan menjaga suatu hubungan yang penuh arti, perubahan sikap dan tingkah laku dan kesenangan seseorang untuk membantu. 

Dalam konteks sebuah organisasi, jelas komunikasi antar pribadi sangat penting untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik antara atasan dan bawahan. Hubungan interpersonal tersebut akan terbentuk dengan baik manakala ditandai dengan adanya empati, sifat positif, saling keterbukaan, sikap percaya dan memperkuat perasaan aman dengan yang lain.

Intensitas komunikasi antar pribadi itu sendiri adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan orang lain dan sifatnya berulang-ulang dalam suatu interaksi serta pembagian makna yang berlangsung bukan sekedar menentukan isi pesan melainkan juga menetukan kadar kualitas hubungan interpersonal. 

Jelas bahwa dengan komunikasi antar pribadi yang intensif, dapat menentukan kadar hubungan interpersonal, dalam hal ini antara atasan dan bawahan pada sebuah organisasi. 

Adapun intensitas komunikasi antar pribadi tersebut dapat diukur dari:

  • Frekuensi yang digunakan untuk berkomunikasi antar pribadi.
  • Durasi yang digunakan tiap kali berkomunikasi antar pribadi.
  • Perhatian yang dilakukan saat berkomunikasi, serius atau tidak.
  • Keteraturan dalam berkomunikasi.
  • Tingkat keluasan (Breadth) saat berkomunikasi, kepada siapa sajakah seseorang berkomunikasi dan topik yang dibicarakan
  • Tingkat kedalaman (depth) saat berkomunikasi, apakah komunikasi yang dilakukan secara mendalam atau sepintas lalu.

Intensitas komunikasi antar pribadi adalah aspek kuantitas dan kualitas suatu tingkah laku, jumlah energi fisik yang diperlukan untuk menaikkan rangsangan indera, obyek dan hubungan dan sifatnya yang berulang-ulang dalam suatu proses interaksi. 

Berkenaan dengan definisi tersebut, tentunya komunikasi antar pribadi antara atasan dan bawahan harus memenuhi unsur kualitas, agar hubungan yang terjalin semakin kuat. Hubungan yang berkualitas, diupayakan memenuhi hal-hal sebagai berikut:

Keakraban, merupakan pemenuhan kebutuhan kasih sayang. Hubungan antara atasan dan bawahan akan terpelihara apabila komunikan dan komunikan sepakat akan tingkat keakraban tersebut.

Kontrol, merupakan kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapa yang harus lebih banyak dan siapa yang dominan dan yang menentukan.

Ketepatan respon, artinya pemberian respon yang sesuai dengan konteks komunikasinya baik secara verbal maupun non verbal. Jika konteks pembicaraan serius, ditanggapi secara main-main, maka akan menimbulkan sikap tidak percaya dari komunikator. Hal demikian akan mengakibatkan hubungan interpersonal yang kurang baik.

Kesesuaian emosional, meskipun mungkin terjadi komunikasi dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, dan tidak stabil, besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri komunikasi atau mengubah suasana emosi

Komunikasi antar pribadi yang berlangsung secara intensif dengan mengutamakan aspek kuantitas dan kualitas yang seimbang, bukan tidak mungkin memunculkan hubungan interpersonal yang kuat antara atasan dan bawahan sehingga keterbukaan dan kepercayaan yang didapat dari proses komunikasi tersebut dapat berdampak pada perubahan sikap dan tingkah laku dalam organisasi, dalam hal ini karyawan. 

Dalam berkomunikasi harus ada keterbukaan, kejujuran, kepercayaan dan empati untuk melandasi suatu hubungan diantara keduanya, yakni atasan dan bawahan.

Dalam prakteknya, perubahan sikap dan tingkah laku dari proses komunikasi dalam suatu organisasi dapat berbentuk munculnya suatu sikap yang diharapkan muncul dari diri karyawan, yaitu motivasi kerja yang tinggi. Dengan motivasi kerja tersebut, kinerja organisasi dipertaruhkan. Keberlangsungan dan keberhasilan dapat ditentukan oleh faktor yang satu ini.

Demikianlah uraian artikel tentang  Intensitas Komunikasi Atasan Bawahan Untuk Menumbuhkan Motivasi Kerja. Semoga ulasan artikel ini bermanfaat untuk Anda.

Referensi:

DeVito, Joseph, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta, Professional Books, 1997

Hasibuan. H, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Bumi Aksara, 2005

Liliweri, Alo, Wacana Komunikasi Organisasi, Bandung, Mandar Maju, 2004

Littlejohn, Stephen. W, Theories Of Human Communication, Eight Edition, New Mexico Wadsworth Publishing Company, 2005

Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta, Bumi Aksara, 2001

Pace, R. Wayne & Faules, Don.F, Komunikasi Organisasi (Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan), Bandung, Remaja Rosda Karya, 2002

Rahmat, Jalalludin, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2001

Siagian, Sondang. P, Teori Motivasi & Aplikasinya, Bumi Aksara, 1989

Uchjana, Onong, Hubungan Insani, Jakarta, Rineka Cipta, 1998

Winardi, Asas- asas Manajemen, Bandung, Alumni, 1988

Post a Comment for " Intensitas Komunikasi Atasan Bawahan Untuk Menumbuhkan Motivasi Kerja"