Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Inspirasi Hidup dari Seorang Anak Kecil

Inspirasi Hidup dari Seorang Anak Kecil

Artikel ini merupakan sebuah inspirasi hidup yang didapat penulis dari perjalanan hidup seorang anak kecil. Cerita ini mampu menginspirasi penulis untuk memiliki mimpi dan bekerja keras dalam menjalani kehidupan tanpa melupakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Awal Cerita

Hari minggu yang lalu, saya pergi ke sebuah pasar tradisional yang tak jauh dari rumah. Suatu pemandangan yang biasa di pasar tradisional adalah banyaknya penjual yang ramai menjajakan barang dagangannya dan banyaknya pembeli yang kebanyakan ibu-ibu sibuk tawar menawar harga. 

Kebosanan saya dalam menjalani rutinitas saya yang berulang membuat saya ingin mencari sesuatu yang baru yang bisa menjadi inspirasi hidup saya.

Perhatian saya tiba-tiba tertuju pada seorang anak yang duduk di salah satu sudut di pasar tersebut. Seorang anak laki-laki berusia sekitar 10 tahun, dengan baju yang penuh tambalan, duduk bersila di lapaknya yang menjual jajanan pasar yang sangat sederhana. 

Jenis jajanan yang di tata nya dalam sebuah keranjang plastik bekas kemasan buah impor itu tidaklah banyak. Hanya kue nagasari berbungkus daun pisang, kue cucur, onde-onde, dan kue lapis.

Sambil menjaga dagangannya, anak laki-laki itu sibuk memotong gambar-gambar dari sebuah majalah bekas, lalu gambar-gambar itu ditempelkannya di sebuah buku tulis bekas yang terlihat sangat lusuh, namun hampir penuh dengan tempelan gambar-gambar.

Karena tertarik dengan apa yang dilakukannya, akhirnya saya menghampiri anak laki-laki itu.

“Mari, Kak, beli kue.... kue-kue ini enak loh,” tawarnya pada saya begitu saya berdiri di hadapannya.

Sambil memilih-milih kue yang akan saya beli, percakapan mengalir dari mulut mungilnya.

Dia, adalah anak laki-laki tunggal dalam sebuah keluarga kecil yang memiliki ayah yang berprofesi sebagai penarik becak yang mangkal di depan pasar itu dan ibu yang lumpuh dan sakit-sakitan. 

Setiap pagi, ia ikut ayahnya ke pasar, lalu ikut mengantri untuk mengambil jajanan pasar itu di seorang juragan kue yang rumahnya tak seberapa jauh dari pasar.

Dan siang hari, setelah dagangannya habis, ia kembali ke rumah juragan itu untuk menyetorkan hasil penjualannya dan mendapatkan komisi yang tak seberapa. 

Pulang dari pasar, ia akan bergegas pulang untuk berangkat ke sekolah. Uang hasil komisi berjualan kue itulah yang dikumpulkannya untuk membayar biaya sekolahnya.

“Untungnya ada seorang tetangga yang sangat baik yang membantu sedikit biaya sekolah saya, Kak. Kalau cuma dari uang berjualan kue, mana cukup untuk membayar uang sekolah dan membeli buku.” katanya sambil menatap saya.

Pandangan mata yang polos, namun penuh semangat itu membuat saya tertegun. Sambil tetap mendengarkan ceritanya, mataku tak bisa lepas dari tatapan matanya yang begitu bersemangat.

Buku Mimpi

Buku lusuh yang penuh tempelan gambar itu adalah buku bekasnya sendiri. Biasanya buku bekas itu dijualnya di salah satu pengepul kertas bekas. Namun kali ini, buku bekas itu digunakannya untuk menempel gambar-gambar dari benda-benda yang ingin dimilikinya.

“Ini namanya buku mimpi” katanya sambil mengangkat buku lusuh yang hampir penuh dengan berbagai gambar tempelannya.

Buku itu diberinya nama buku mimpi karena bapaknya suka mengatakan bahwa benda-benda itu mungkin hanya mampu dimilikinya di dalam mimpi mengingat kondisi keluarganya yang sangat miskin. 

Seperangkat komputer, sepasang sepatu bola, sepeda, baju baru yang indah, dan sebuah kursi roda berada di antara gambar-gambar itu.

“Suatu saat saya akan memiliki semua barang-barang yang saya tempelkan di buku ini. Saya yakin, kalau saya belajar dengan giat, pasti saya akan mampu memilikinya.” Ada tekad yang begitu kuat terlukis dalam kalimat yang diucapkannya ini.

Aku lagi-lagi tertegun. Seorang anak kecil dari keluarga miskin tidak memandang kemiskinannya sebagai halangan. Tekad yang begitu kuat, impian yang dirangkainya satu demi satu melalui gambar demi gambar yang ditempelkannya memberi inspirasi hidup bagi dirinya agar giat bekerja dan belajar.

Kesuksesan itu dimulai dari sebuah impian kecil yang dirangkai sehari demi sehari. Dengan rangkaian impian yang menjadi suatu inspirasi hidup akan membuat seseorang tetap berdiri tegak, bergiat dan tak berputus asa untuk mencapai apa yang menjadi impiannya.

Anak kecil penjual kue itu menyadarkanku dan memberi inspirasi hidup yang baru bahwa jangan pernah lelah untuk bermimpi untuk terus berjuang menggapai apa yang kita cita-citakan.

Post a Comment for " Inspirasi Hidup dari Seorang Anak Kecil"