Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

4 Sikap dalam Manajemen Perubahan

4 Sikap dalam Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan adalah sebuah mekanisme yang penting untuk dipahami dan dipenuhi oleh setiap perusahaan, terutama untuk mereka yang ingin maju dan berkembang. Karena tanpa menerapkan sistem manajemen tersebut, sebuah perusahaan atau organisasi hanya bisa berjalan di tempat tanpa pernah memikirkan hal - hal yang memiliki sifat baru dan mendukung kemajuan.

Manajemen perubahan sendiri disimpulkan sebagai sebuah sikap untuk mengatur dan menyikapi berbagai perubahan yang terjadi di sekitar lingkungan kita. 

Dengan begitu, kita dapat mengambil keputusan dengan tepat dalam menanggapi perubahan itu. Baik menjadi perintis perubahan, penganut perubahan atau tidak berlaku apapun atas perubahan yang terjadi di sekitar kita.

Ini sangat berkaitan karena ada realita jika kehidupan adalah sebuah arus yang selalu berbeda. Untuk mereka yang dapat berlaku arif atas perubahan itu, maka mereka bisa masih tetap sukses dalam mekanisme yang mereka jalankan. 

Sementara, untuk mereka yang tidak dapat mengambil sikap dengan tepat atas perubahan yang terjadi, maka mereka akan remuk dan hancur ditelan perubahan yang terjadi tersebut.

Meskipun begitu, keadaan ini tidak berarti mewajibkan kita selalu untuk selalu mengikuti perubahan. Ada banyak status yang mewajibkan kita untuk selalu kokoh pada pendirian dan tidak ikuti sebuah perubahan, khususnya pada saat perubahan yang terjadi malah membawa pada keruntuhan. 

Salah satu contoh misalnya adalah berkaitan dengan konsep agama. Karena pada intinya konsep dalam agama adalah mutlak dan tidak dapat berbeda walau sampai akhir dunia.

Sikap Pada Perubahan

Berkaitan dengan keadaan yang menuntut kita untuk memahami sebuah manajemen perubahan, ada empat sikap yang dapat diputuskan pada keadaan ini. 

4 Sikap dalam Manajemen Perubahan, antara lain:

1. Jadi motor pendorong pada perubahan

Di sini, kita mempunyai status di garda paling depan pada proses perubahan yang terjadi. Kita dituntut mempunyai pengetahuan mengenai ide dan argumen pentingnya sebuah perubahan harus dilaksanakan. 

Dengan begitu, kita dapat memengaruhi dan memberikan keyakinan faksi lain jika keadaan yang ada di saat ini perlu diganti. Untuk ada pada status ini, dibutuhkan lebih dari sekedar kepandaian, tetapi keberanian. 

Karena, menjadi perintis perubahan umumnya akan bertemu dengan sebuah rintangan dari faksi yang telah nyaman dengan keadaan yang ada, hingga malas pada perubahan tersebut.

2. Diamkan perubahan

Status ini sebagai status yang terbanyak diputuskan oleh mereka yang ingin mengambil status aman pada keadaan yang ada. Mereka tidak ada di status sebagai perintis perubahan, tetapi mereka juga tidak menampik atas perubahan yang terjadi. 

Umumnya, beberapa orang semacam ini termasuk sebagai golongan oportunis. Di mana saat perubahan itu akan bawa keuntungan untuk mereka, karena itu perubahan itu akan mereka bantu. 

Kebalikannya bila mereka menyaksikan perubahan itu tidak membawa keuntungan dan proses perubahan itu condong tidak berhasil, mereka pilih status aman dengan diam pada status yang ada di saat ini.

3. Menantang perubahan

Status ini umumnya dilaksanakan oleh faksi yang telah merasa nyaman dan mempunyai keuntungan atas sebuah keadaan yang ada. Hingga, mereka akan usaha menampik semua usaha yang mempunyai tujuan untuk gantikan status yang telah ada awalnya. Umumnya, penolakan ini dilakukan karena pemikiran materi dan posisi (jabatan).

4. Berbeda karena perubahan

Status ini diambil oleh mereka yang menyaksikan jika perubahan yang terjadi bawa sebuah pembaruan. Hingga mereka berasa perlu untuk ikuti perubahan yang terjadi itu secara logis, dan bukan atas dasar kemauan untuk memperoleh keuntungan. Tetapi lebih dari kesadaran jika perubahan itu perlu dilaksanakan dan membawa ke arah kebaikan.

Demikianlah uraian tentang 4 Sikap dalam Manajemen Perubahan, semoga berguna dan bermanfaat.

Post a Comment for " 4 Sikap dalam Manajemen Perubahan"