Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gaya Hidup Mewah, Ajang Beli Gengsi

wanita-modern

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan banyak hal. Manusia memerlukan pemenuhan kebutuhannya yang mencakup sandang, pangan, dan papan. 

Ketiga hal ini sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia bergantung pada makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Kebutuhan akan ketiga hal tersebut menjadikan sebagian orang memberlakukan gaya hidup mewah.

Dalam memenuhi kebutuhannya itu, tiap-tiap manusia memiliki target dan tingkat kecukupan yang berbeda. Sebut saja, dalam berpakaian. Sesungguhnya, pakaian apapun asalkan benar-benar layak pakai sudah bisa memenuhi kebutuhannya dalam segi sandang. Namun, lain bagi manusia. Manusia memiliki nafsu yang berujung pada masalah selera dan gengsi.

Pakaian Bukan Sekadar Penutup Tubuh

Bagi sebagian orang, pakaian apapun sudah cukup untuk menutup tubuh sebab fungsinya terpenuhi, yakni terlindungi dari debu dan perubahan cuaca. Bagi sebagian lainnya, tidak. 

Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai penutup dan melindungi tubuh dari berbagai hal. Pakaian harus mencerminkan status sosial, tingkat kemapanan ekonomi, terkesan sangat mengikuti mode, dan menunjukkan selera fesyen.

Bagi yang lebih mementingkan penampilan dibanding fungsi, mereka tidak memperhitungkan atau mempersoalkan harga pakaian tersebut. Bagi mereka, penampilan adalah nomor satu. Soal uang, bisa dicari meski harus kerja lebih ekstra atau membobol uang tabungan karena gaya hidup mewah menuntutnya demikian.

Masyarakat kita banyak yang mementingkan merek dalam memilih suatu produk, pakaian, tas, sepatu, dan dompet sekalipun, dibanding mempertimbangkan harga atau kualitas. Belum tentu barang bermerek yang kita beli benar-benar asli dan berkualitas tinggi. 

Banyak barang bermerek impor hanya menjual branded, namun kualitas produk masih kalah saing dengan buatan dalam negeri.

Gaya Hidup Mewah di Prancis

wanita-borjuis-perancis

Gaya hidup mewah terkenal di Prancis dengan munculnya kalangan borjuis. Para wanita kaum borjuis berdandan habis-habisan untuk menunjukkan status sosial mereka, untuk menunjukkan bahwa mereka adalah kaum bangsawan. 

Dalam sebuah acara pesta yang diselenggarakan pada malam hari, para istri sudah berdandan seharian sejak subuh hanya untuk menata rambut.

Semakin tinggi model rambut mereka, semakin diakui sebagai terkaya dan terpandang. Pakaian yang dikenakan pun terbuat dari sutra yang mahal. Semakin berlapis dan berumpak gaun yang mereka kenakan, semakin nyatalah kemewahannya.

Gaya Hidup Mewah di Indonesia

Gaya hidup mewah di Indonesia sebetulnya tidak disebabkan pada tingkat ekonomi rata-rata penduduk Indonesia yang sudah mapan atau lebih dari mapan. Namun, lebih disebabkan masyarakat Indonesia adalah masyarakat konsumtif. 

Berapa banyak merek elektronik keluaran terbaru yang harganya sangat mahal, namun masyarakat kita memberondongnya dengan antusias.

Bukan karena mereka memiliki uang cukup untuk membeli barang-barang mewah tersebut, melainkan rasa gengsi dan ingin dipuji adalah motif utama di balik gaya hidup mewah ini. 

Banyak karyawan yang sebetulnya gaji bulanannya pas-pasan, namun memiliki gadget canggih dan mewah. Bukan karena ia banyak uang, melainkan rela mengirit makan hanya demi gadget keluaran terbaru.

Saat ini, sudah banyak tawaran kredit untuk pembelian barang elektronik. Terlebih, dengan sistem pembelanjaan memakai kartu kredit. Toh, sama saja sebetulnya dengan mengkredit barang kepada tukang kredit keliling. Mau gaya kok kreditan?

Kasus Gaya Hidup Mewah

Kasus yang menunjukkan gaya hidup mewah lainnya yakni nongkrong di kafe. Meskipun mereka memiliki akses internet di rumah atau terbiasa ke warung internet, fenomena kafe sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Jika kita ke kafe, terlebih yang memiliki fasilitas hotspot, sudah tentu kita harus memiliki laptop.

Kepemilikan laptop saja bukan lagi didasarkan karena kebutuhan mobilitas manusia yang tinggi, melainkan karena gengsi dan gaya hidup yang menuntut itu. 

Di kafe, sudah pasti kita akan menggunakan fasilitas hotspot dan memesan minuman yang cukup mahal. Tentu saja mahal jika dibanding minuman sejenis yang kita buat sendiri atau kita beli di warung atau toko biasa.

Namun, yang kita butuhkan atau yang kita beli bukanlah minuman atau makanannya, melainkan gengsi dan gaya hidup. Gaya hidup mewah pun mulai merangsek ke pola pikir ibu-ibu rumah tangga dan anak sekolahan. 

Lihat saja, ibu-ibu rumah tangga saat ini lebih suka berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan terkemuka dibanding berbelanja di pasar.

Anak sekolah pun, entah itu SMP atau SMA, lebih senang melewatkan banyak waktu sepulang sekolah dengan nongkrong di kafe. Rasa-rasanya, uang jajan mereka bisa jadi sama dengan gaji buruh selama satu bulan. Gaya hidup mewah bukan lagi berbicara soal harga, melainkan gengsi.

Berbelanja di mall atau nongkrong di kafe bukan saja menjadi sebuah gaya hidup, melainkan seolah-olah sudah menjadi kebutuhan yang sifatnya wajib saat ini. Lantas, menjadi tipis perbedaannya antara gaya hidup dan kebutuhan? Bisa jadi. Pola hidup hedonis dan kapitalis telah menjadi bagian dari diri kita.

Post a Comment for " Gaya Hidup Mewah, Ajang Beli Gengsi"