Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Belajar Bijak dari Kata - Kata Pepatah Bijak

Jack Ma
credit:instagram@kata2bijak

"Jadi orang penting itu baik, tapi lebih penting jadi orang baik." Kata pepatah bijak itu dahulu kerap diutarakan pembawa acara berpengalaman Indonesia, Ebet Kadarusman dalam sebuah acara talkhsow di salah satu TV swasta nasional tahun akhir 90-an. 

Kata bijak itu menjadi seperti pernyataan penutup setiap dia akan menutup acara itu. kelihatannya memang simpel, seperti diksi yang dirangkai sedemikian rupa dengan rima yang enak didengarkan.

Tapi jika dipelajari lebih jauh, kata pepatah bijak yang dia katakan itu memiliki kandungan makna yang dalam. Tidak ada kelirunya jika kita mempunyai kemauan menjadi orang terpenting, Tetapi di lain sisi, sebetulnya ada yang lebih penting dibanding menjadi orang penting, yakni usaha menjadi orang baik walaupun kemungkinan tidak jadi orang penting.

"Sedikit kontribusi lebih bagus daripada banyak belas kasihan." kalimat bijak dari bangsa Celtic itu mengajari kita untuk membantu orang itu tidak cukup dengan belas kasihan saja. Bantulah orang dengan kreasi riil walaupun itu hanya sedikit saja. 

Ini memperjelas juga jika perlakuan lebih riil (nyata) dibanding perkataan, seperti kata bijak dengan bahasa Inggris menjelaskan: "Action speaks louder than words".

Bagaimana Kita Memahami Kata Pepatah Bijak?

Pepatah bijak lahir dari sebuah perenungan budaya dan bahasa setempat. Oleh karenanya, pepatah bijak tentu memiliki kandungan elemen rutinitas atau budaya masing-masing wilayah atau negara. 

Untuk memahami sebuah pepatah atau kalimat bijak, seharusnya kita memang memahami budaya yang melahirkan pepatah bijak tersebut, atau sekurang-kurangnya memahami bahasanya lebih dulu.

Ada pepatah bijak dari daerah Sunda yang berbunyi: "Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok". Jika kita tidak memahami bahasa Sunda, kita pasti tidak tahu makna pepatah itu. Akan tetapi jika kita memahami bahasa Sunda, maka secara mudah kita dapat memahami isi pesan didalamnya. 

Pepatah atau pepatah Sunda itu kurang lebih memiliki arti: Batu yang keras semakin lama akan tergerus walau diberi air yang volumenya kecil. Pepatah ini seirama dengan pepatah Latin yang memiliki arti: Berubahnya wujud batu karena diberi air, bukan lantaran kemampuan air tersebut, tapi karena biasanya diberi air di titik yang serupa.

Membuat Pepatah Bijak

Pepatah bijak atau pepatah adalah sebuah kata, kalimat atau frasa baku yang dibuat seseorang. Karena kebakuaan kalimatnya itu, pepatah bijak atau pepatah seakan-akan menjadi suatu hal yang normatis dan tidak dapat diganti sama sekali.

Kemungkinan itu ada benarnya. Pepatah bijak itu dibuat dari sebuah perenungan hidup pembuatnya. Perenungan itu sudah pasti lahir dari keadaan zaman di mana pembuat pepatah itu hidup. Tiap zaman tentu berlainan keadaannya, tetapi pepatah bijak tidak rapuh oleh waktu dan zaman, hingga kekal selama hidup.

Lalu pertanyaannya adalah, bila beberapa pemikir dahulu sukses melahirkan pepatah bijak, apakah kita saat ini dapat melahirkan hal sama? Jawabnya sudah pasti bisa. Hanya saja seringkali pepatah bijak itu dibaca dan dianggap kebenarannya bila lahir dari sosok pesohor, budayawan, golongan cendekiawan dari beragam negara yang terkenal.

Tetapi sebenarnya, nyaris sebagian besar pepatah bijak yang ada itu tidak bertuan dan tidak dikenali siapa penciptanya. Lebih dikenal dengan istilah NN alias No Name. Kita tidak paham pembuatnya atau siapakah yang pertama kalinya melahirkannya. Pada keadaan itu, yang penting bukan pembuatnya, tapi isi pada pepatah bijak tersebut.

Membuat pepatah bijak atau pepatah yang baru adalah usaha untuk melestarikan budaya dan mentransformasikannya ke generasi saat ini. Kita mengambil contoh pepatah bijak atau pepatah yang populer di Indonesia: "Karena setitik nila, hancur susu sebelanga".

Bila kita memperhatikan ucapannya, di situ ada kalimat yang bukan berasal dari zaman sekarang ini. Kata ‘nila' misalkan yang memiliki arti bintik, generasi saat ini tentu tidak mengenalinya terkecuali membuka kamus. Kata ‘belanga' yang memiliki arti bejana, generasi saat ini juga belum pasti memahami maknanya.

Melihat keadaan itu, mengapa tidak kita membuat atau melahirkan pepatah bijak atau pepatah baru dengan makna dan arti yang serupa karena setitik nila, hancur susu sebelanga? Misalkan bisa jadi kita buat misalnya: "Karena ternodai tinta printer, kotor telah satu rim kertas baru". Atau arti yang lain: Seperti meludah dalam helm tertutup (tindakan percuma karena emosi, mencelakakan diri kita).

Di sini, ada usaha pembuatan kata pepatah baru dengan penyeleksian kalimat yang familier dengan zaman sekarang ini. Maksudnya tentu saja adalah supaya kata pepatah itu gampang dipahami dan dimengerti oleh generasi saat ini tanpa lebih dulu membuka kamus.

Beberapa Contoh Pepatah Bijak Baru

Berikut ini adalah beberapa conroh pepatah bijak baru, antara lain:

1. Tidak akan senang seorang bermain handphone, saat sebelum listrik betul-betul mati.

2. Handphone cuman akan menghindari orang yang dekat dan dekatkan orang yang jauh.

3. Makin nakal seorang wanita dia akan makin kaya. Sedang lelaki, makin dia kaya, makin nakal.

4. Kepandaian lelaki di depan wanita, tidak diukur dari seberapa jauh dia dapat menuntaskan beragam persoalan, tapi seberapa jauh dia dapat kuasai beragam handphone.

5. Ibu rumah-tangga dengan handphone-nya, seperti wajan dengan spatulanya. Tidak akan pisah, terkecuali dicuci.

6. Makin banyak kartu kredit di dompet, makin kelihatanlah dia seperti orang kaya.

Contoh-contoh pepatah di atas menujukkan keakraban dengan zamannya. Hal tersebut terwakili dari sejumlah kata yang dipakainya misalnya: handphone dan kartu kredit. Karena mungkin baru, pepatah diatas sekilas akan terdengar cukup lucu.

Tapi meskipun begitu, kata pepatah itu masih tetap bermakna yang dalam. Mirip contoh no. 5. Pola hidup saat ini kelihatannya tidak dapat terlepas dari yang bernama kartu kredit. Makin memiliki kartu kredit dari beragam bank, kelihatannya makin kaya.

Walaupun sebenarnya kondisi sebetulnya sudah pasti kebalikannya. Karena pada konsepnya kartu kredit itu adalah uang utang. Hanya orang yang tidak mampu sebetulnya yang hanya dapat berbelanja saat mendapatkan utang. 

Yang membuat kelihatan sedikit kece dan gaya dari pemegang kartu kredit adalah, pihak yang meminjamkannya adalah bank, bukan tetangga atau famili.

Pada contoh nomor 1 ada juga arti kehidupan yang dalam. Kita tidak senang pada duniawi saat sebelum kita betul-betul mati. Kurang lebih itu arti yang terdapat didalamnya. Dengan asyik bermain handphone, kita jadi lupa sekitar, lupa akan kewajiban hidup, lupa akan segala hal yang lebih bernilai dibuat, dan apapun yang memerlukan perhatian kita.

Maka belajar bijak dari kata pepatah bijak intinya adalah memahami dan menjalankan tuntunan yang terdapat didalamnya. Tahapan awalnya, coba untuk memahami dan mengerti pepatah itu, lalu perlahan-lahan kita jalankan tuntunan yang berada di dalamnya. 

Sudah pasti tidak langsung gampang terwujud. Tapi langkah demi langkah, perlahan-lahan tapi terus-menerus, satu waktu kita pasti bisa, seperti kata bijak orang Sunda pada awal tulisan ini: "Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok".

Demikianlah artikel tentang Belajar Bijak dari Kata - Kata Pepatah Bijak. Semoga bermanfaat untuk Anda.

Post a Comment for " Belajar Bijak dari Kata - Kata Pepatah Bijak"