Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Definisi Komunikasi Kelompok dan Dampak Kegagalannya

Definisi Komunikasi Kelompok dan Dampak Kegagalannya

Perhatikan dengan saksama sebuah ilustrasi ringan yang masih sering terjadi di lingkungan sekitar kita berikut ini.

“Jangan nikah dulu dong Pak, malu sama tetangga,” ujar Dani mengiba. Kata-kata Dani pun diamini oleh Dini; sang adik. “Ah, kalian ini tahu apa sih … berani-beraninya melarang orangtua!” jawab si Bapak.

“Ya kan baru beberapa bulan Ibu meninggal. Apa nggak nunggu satu dua tahun lagi kek. Pak, terus terang kami belum bisa melupakan Ibu. Kami masih terus ingat sama Ibu!”

“Justru Bapak mo nikah lagi karena sayang pada kalian berdua. Dalam dua bulan ini kalian nggak ada yang mengurus ‘kan? Malu dibantu Bibi terus,” tegas si Bapak. “Sudahlah, kamu gak usah khawatir. Calon Ibu yang baru tak kalah hebat dengan almarhum ibumu,” sambung si Bapak sambil ngeloyor pergi.

Rasa sedih, kesal, dan marah bercampur menjadi satu dalam hati kedua kakak beradik tersebut. Ia semakin sedih ketika ia mengenang sentuhan penuh kasih sayang dari mendiang ibunya yang baru meninggal dua bulan sebelumnya.

Tidak terasa, mata Dini basah dengan air mata. “Sudahlah Din … jangan menangis, mudah-mudahan Bapak berubah pikiran. Kita tahu Tante Meri mau sama Bapak karena hartanya doang!” kata Dani kepada adiknya.

Beberapa tahun kemudian, Dani yang dikenal sebagai anak yang manis, penurut, dan rajin ibadah, berubah menjadi pemuda urakan, nakal, dan susah dikendalikan. 

Adapun Dini, walaupun tidak se-frontal kakaknya, ia tidak lagi ceria seperti dulu. Apa gerangan yang terjadi?

Beberapa hari setelah percakapan itu, sang Bapak segera mengungkapkan keinginannya untuk menikah lagi. Dani pun minggat dari rumah dan tidak kembali selama seminggu. Ketika pulang bukan sambutan yang ia dapatkan, malah makian yang harus ia terima.

Kejadian seperti ini terjadi berulang kali sehingga si anak makin frustasi. Cerita pun berlanjut, Dani akhirnya mendapatkan lingkungan yang dapat lebih memahami kebutuhannya. 

Di sana ia bisa diterima, didengar, dan diberi perhatian. Sayangnya, lingkungan tersebut kurang mendukung bagi berkembangnya kepribadian yang baik.

Kegagalan orangtua menjalin komunikasi dengan anaknya bisa berakibat fatal. Anak menjadi tidak betah lagi tinggal di rumah. Ia akan memilih lingkungan di luar rumah untuk mengaktualisasikan dirinya.

Padahal, menurut psikolog Dr. James Dobson, di luar rumah banyak orang - orang jahat yang siap memangsa, mulai dari ancaman narkoba, s*ks bebas, alk*hol, kriminalitas, dan lainnya.

Hal senada diungkapkan pula oleh Dr. Ratna Megawangi. Mengutip Ronald Rohner -yang melakukan serangkaian penelitian di beberapa negara, Direktur Indonesia Heritage Foundations (IHF) ini mengungkapkan bahwa semua anak yang merasa diabaikan orangtuanya akan mengalami rasa tertekan dan minder.

Perasaan ini pada akhirnya mengakibatkan terjadinya depresi pada masa remaja, lahirnya kenakalan remaja, keterlibatan obat - obatan terlarang dan alk*hol, atau menjadi agresif.

Definisi dan Syarat Komunikasi Kelompok

Bencana yang menimpa Dani dan Dini serta anak-anak lain yang senasib akan bisa diatasi secara dini seandainya orangtua mau meluangkan waktunya untuk berkomunikasi secara lebih baik dengan anak-anaknya.

Komunikasi ini sangat penting guna menjaga harmoni dan keutuhan dalam sebuah keluarga, termasuk untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Mengutip definisi komunikasi kelompok dari Michael Burgoon, Ronald Adler dan George Rodman  yang menyatakan "Bukankah keluarga sebagai bagian dari kelompok sosial terkecil yang seharusnya mempunyai tujuan bersama sehingga setiap anggotanya dapat berinteraksi secara langsung (face to Face) dan intens antara satu sama lain untuk mencapai tujuan tersebut, seperti berbagi informasi, menjaga diri, memecahkan masalah?"

Berdasarkan definisi komunikasi kelompok tersebut, ada beberapa poin penting yang bagi berjalannya proses komunikasi yang baik dalam suatu kelompok manusia, dalam hal ini kelompok bernama keluarga, yaitu:

Adanya interaksi dua arah dalam proses komunikasi tersebut. Artinya, anggota yang ada dalam kelompok tersebut aktif dalam menyampaikan pendapatnya.

Karena komunikasi bersifat dua arah, dengan demikian, setiap anggota kelompok mampu mengenal dan memberikan reaksi balasan pada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota lain.

Mereka berkomunikasi secara intens dalam jangka waktu tertentu, jadi tidak hanya sebentar atau berkomunikasi sambil lalu. Jika hanya sepintas lalu, komunikasi tersebut tidak masuk dalam komunikasi kelompok.

Adanya tujuan bersama yang hendak dicapai dalam proses komunikasi tersebut, di mana setiap anggota akan bersinergi untuk mewujudkan satu atau beberapa tujuan yang disepakati bersama.

Apabila salah satu dari keempat elemen ini tidak hadir dalam komunikasi kelompok, disharmoni pun akan terjadi. Boleh jadi, inilah yang terjadi pada keluarganya Dani.

Sang Bapak terlalu otoriter, tidak mau mendengarkan akan tetapi hanya ingin didengarkan, tidak memiliki tujuan yang jelas dalam membina keluarga, dan berkomunikasi seperlunya saja.

Post a Comment for " Definisi Komunikasi Kelompok dan Dampak Kegagalannya"