Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ciri Kematangan Emosi Seseorang

Ciri Kematangan Emosi Seseorang
credit:instagram@fajarjuliansyah

Secara sederhana emosi dapat diartikan sebagai gejolak jiwa, pikiran, kondisi perasaan yang meluap-luap. Kadang kita sering menyamakan emosi dengan marah. 

Pengertian ini memang tidak salah, namun, marah hanyalah bagian kecil dari aktifnya emosi manusia. Kontemplasi, cinta, haru merupakan bentuk-bentuk dari emosi kita. Terkadang banyak yang tidak sanggup mengendalikannya.

Seseorang mencapai titik kebijakan dalam hidup biasanya dalam usia tua. Hal ini berkaitan dengan waktu hidup yang dihabiskan. Semakin tinggi umur memang semakin memiliki banyak pengalaman. 

Namun sekali lagi, kematangan emosi tidak hanya diperoleh dalam usia tua. Mereka yang mampu mengambil pelajaran dalam hidupnya dapat mencapai kematangan emosi dalam usia yang masih muda.

Untuk mengetahui bagaimana kematangan emosi tampak dalam diri seseorang, berikut ciri umum dari kematangan emosi.

Analisis Etis

Seseorang yang memiliki kematangan emosi biasanya selalu memandang realitas berdasarkan nilai etis. Ia akan selalu melihat apakah perbuatan, tindakan, pikiran itu baik atau buruk. Mereka hidup berdasarkan nilai-nilai moral yang berlaku dalam lingkungan, adat dan agama mereka. 

Kematangan ini tentu diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, mulai dari tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat yang lebih luas.

Etika memang akan berbeda dari satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Namun, perbedaan ini tidak menghancurkan ciri dari kematangan seseorang. 

Misalnya, ketika ia berkunjung ke suatu tempat yang berbeda budaya maupun agama dengan dirinya, ia akan mempertimbangkan apakah tindakannya akan mengganggu orang lain, atau apakah tindakannya bertentangan dengan etika yang mereka tempati.

Pendidikan emosi akan efektif ketika ia dilakukan secara alamiah dalam lingkungan. Orang yang hidup jauh dari tempat asal mereka biasanya memiliki kemampuan analisis etis dalam mematangkan emosional mereka.

Kendali Diri

Tahap ini jelas lebih sulit dari analisis etis. Mereka yang mampu mengendalikan diri adalah mereka yang tidak diperbudak oleh emosi. Terkadang, kemampuan mengendalikan diri ini berkaitan erat dengan rendah diri. Semakin mampu ia mengendalikan diri, semakin ia memposisikan dirinya sebagai individu yang sederhana.

Pengendalian diri adalah suatu hal yang sulit karena terjadi perang dalam diri manusia. Ia mampu berbuat sesuatu, namun tidak melaksanakannya. 

Contoh, ia memiliki uang namun tidak bersikap boros. Ia memiliki peluang menjadi seorang pemimpin, namun ia menyerahkannya kepada orang lain. Ia bisa membeli rumah yang mewah, namun ia tidak melakukannya.

Kemampuan diri begitu sulit karena ia harus menafikan suatu potensi yang kita miliki. Seseorang yang mampu mengendalikan dirinya biasanya selalu hidup dalam kondisi secukupnya.

Namun, jangan salah mengartikan soal pengendalian diri ini. Kendali diri bukan berarti kita tidak boleh berkembangan dan memiliki sesuatu yang kita inginkan. Kendali diri adalah rem ketika kita mulai menginginkan sesuatu yang lebih dari diri dan lingkungan kita. Dalam bahasa Freud kondisi ini bisa disebut super ego.

Cara yang paling efektif untuk melatih pengendalian diri adalah dengan berpuasa. Metode ini tidak hanya ada dalam ajaran Islam. Kristen, Hindu, maupun Buddha memiliki metode puasa walaupun dengan tata aturan yang berbeda. 

Puasa secara harfiah berarti menahan. Menahan diri dari segala hal yang merugikan. Entah itu merugikan nilai ibadah puasa, maupun merugikan diri kita.

Puncak dari pengendalian diri adalah merebut kendali diri dari emosi menjadi milik kita. Dalam hal ini, kita benar-benar menjadi penguasa atas diri kita sendiri. Keinginan, harapan, nafsu, rasa ingin memiliki adalah gejala-gejala emosi yang terkadang menguasai diri kita. Kita harus membalikkan keadaan sehingga kita benar-benar menguasai itu semua.

Citra Diri

Citra diri adalah cara kita memandang diri kita baik itu yang dibentuk orang lain maupun yang dibentuk oleh diri kita. Terkadang citra diri ini menuntut adanya penghargaan diri.

Pernahkah Anda bereaksi begitu cepat ketika orang lain mengatakan, “Dasar bodoh lu...”, atau “Pikiranmu kayak anak SD..”, atau hal-hal yang mengusik harga diri Anda.

Jika Anda mereaksi hal-hal itu secara cepat dan kemudian menolaknya dengan membuat benteng pertahanan diri, maka sebenarnya Anda sedang meletakkan diri dalam penghargaan yang tinggi. Orang-orang seperti ini biasanya selalu ingin dipandang, dihargai, dan dipuji oleh orang lain. Mereka tidak akan terbiasa dengan cacian, cemoohan, maupun gunjingan.

Reaksi yang cepat terhadap hal-hal seperti itu biasanya muncul karena seseorang tidak terbiasa dalam keadaan tenang. Suntikan merupakan ilustrasi yang cocok untuk menggambarkan hal ini.

Seseorang pergi ke dokter untuk memeriksakan kesehatannya, lalu sang dokter memutuskan bahwa ia harus disuntik. Karena tidak terbiasa dan takut, ia kemudian bereaksi cepat. 

Tubuhnya berkeringat, otot-ototnya pun menjadi kaku. Ia tidak terbiasa tenang, oleh karena itu tubuhnya bereaksi cepat. Sang dokter kemudian memberikan obat bius agar ia bisa tenang dan suntikan tidak terlalu sakit rasanya.

Orang yang memiliki kematangan emosional biasanya terlatih dalam kondisi yang tenang, sehingga ia tidak mereaksi dengan cepat segala hal yang muncul terhadap dirinya.

Post a Comment for " Ciri Kematangan Emosi Seseorang"